Cilegon – Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2 Maret 2020 lalu, ternyata juga membawa berkah bagi sebagian masyarakat. Terutama para pedagang yang berjualan di pinggir jalan.
Adalah Alisa Yayang Sukasna, satu dari sekian pedagang yang merasakan berkah dari Covid-19 itu.
Dengan modal nekat, Alisa merintis usaha berjualan jahe merah yang kemudian dinamakan Susu Jahe Merah atau Sujame Mbak Lisa.
Ia berjualan di depan Kantor Kadin Cilegon Jl. R Suprapto No 57 Ramanuju Kota Cilegon.
“Saya merintis berjualan susu jahe merah sekitar Februari 2020 atau sebelum pandemi Covid. Modalnya nekat. Gerobak sewa ke teman dan modal usaha hanya Rp100 ribu,” tuturnya kepada Dulur Cilegon, Rabu 9 November 2022.
Ia mengaku berjualan tanpa punya background mengerti tentang resep-resep minuman. “Makanya pas saat jualan pertama, rasanya hancur nggak karuan. Tapi saya jujur ke pembeli dan menyampaikan maaf. Tapi pertama memang langsung rame yang beli,” ucap wanita kelahiran Sleman, 18 Mei 1985 ini.
Namun dirinya kemudian terus belajar. “Selama perjalanan berjualan terus memperbaiki. Ke sini akhirnya sudah paham,” katanya.
Selama perjalanan usaha jualan susu jahe merah, Alisa mengaku mengalami berbagai kendala.
“Dua minggu jualan, seminggu lebih sakit, karena tak kuat angin malam,” katanya.

Setelah itu, sekitar sebulan kemudian Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang berdampak pada harga jahe merah yang melejit hingga Rp60 ribu-Rp120 ribu per kilogram, karena diyakini salah satu obat herbal pencegah Covid-19.
“Ada keinginan untuk berhenti dan tidak melanjutkan. Namun dipikir-pikir, masa sih baru sebulan berhenti. Akhirnya saya berpikir usaha ini harus tetap jalan. Rugi dulu nggak apa-apa yang penting bisa tetap bertahan karena potensi pelanggan cukup besar,” ucap Alisa.
Ia menuturkan prinsip yang ditanamkan yakni punya modal dan niat usaha yang kuat. “ Alhamdulillah bertahan sudah empat tahun,” katanya.
Mengenai pemasaran, menurut Alisa, dilakukan dari mulut ke mulut dan media sosial.
“Pemasaran karena jualan di pinggir jalan ya dari mulut ke mulut. Pelanggan yang merasakan enak jahe merahnya merekomendasikan ke temen-temenmya. Saya juga pasarkan melalui facebook dan WA. Alhamdulillah punya pelangan tersendiri. Mau ke tiktok tapi belum pede,” tutur Alisa.
Mengenai kiat menjalankan usahnya, Alisa mengatakan yang penting jangan putus asa dan disyukuri.
“Jualan mesti syukuri aja, ramai atau sepi. Saya juga mempertahankan kualitas. Bahan jahe merah saya bikin sendiri. Benar-benar diolah tersendiri. Saya juga mengetahui jahe yang benar-benar kualitasnya. Masa panen jahe juga tahu. Masa panen 11 bulan, tapi yang paling bagus 12-13 bulan,” ungkapnya.
Dengan mempertahankan kualitas, Sujame Mbak Lisa terus berkembang pesat.
Sujame Mbak Lisa yang tadinya dibungkus biasa, sekarang dibuat dalam kemasan botol. “Ini juga tak lepas dari mengikuti pelatihan usaha dan juga mengikuti bazaar,” katanya.
Alisa mengatakan produk Sujame Mbak Lisa sebetulnya belum maksimal.
“Saya masih terus mempelajari agar tahan lama. Sekarang masih tahap belajar dalam pengemasannya,” ucapnya.
Dari sisi perizinan usaha, Alisa mengatakan baru memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
“Ingin izin usaha semuanya lengkap. NIB sudah, sertifikat halal dalam proses. Perizinan dan sertifikat halal penting agar pelanggan pelanggan merasa aman,” jelasnya.
Mengenai kendala, masih belum menemukan bahan mentah yang awet. “Kalau di Cilegon agak mahal, makanya dikirim dari Yogya karena harga lebih murah dari sana,” katanya.
Alisa berharap UMKM di Kota Cilegon bisa maju, pemasaran mudah.
“Alhamdulillah sudah dibantu banyak pemerintah. Mudah-mudahan bisa dibantu cara membuat kemasan yang bikin awet,” kata Alisa.***